1. WISMO : Cumawis lan Momot (serba tersedia dan memuat)
Seorang pria, belum disebut pria sejati jika belum memiliki Rumah/Wisma. Namun Wisma yang dimaksud adalah kondisi mental seseorang yang mampu menjadi tempat persinggahan bagi orang lain. Mau dan mampu menerima. Semakin seseorang ini memiliki kondisi mental yang matang untuk mampu menerima orang lain maka kehadirannya bagai rumah bagi banyak orang yang ingin ikut singgah. Orang lain tidak memandang kehadirannya sebagai pihak asing, melainkan pihak yang seperti sudah dikenalnya sebagai tempat aman untuk berteduh. Semakin besar ‘rumah’seseorang, semakin banyak orang merasa terlibat sebagai penghuninya.
2. KUKILO : Aku iki lilo (aku ini rela)
Kukilo memang artinya burung. Makna sejatinya adalah laki-laki harus punya wawasan luas. Punya pengetahuan dan sudut pandang yang tidak sempit. Segala wawasan pun pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi solusi pemenuhan kebutuhannya maupun orang yang terkait dengan dirinya.
3. TURONGGO : Aturing Onggo (Pitutur Badan)
Turonggo adalah kendaraan. Turonggo dalam hal ini sejatinya bermakna etos kerja. Etos kerja ialah semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Max Weber, mengatakan etos kerja ialah perilaku kerja yang etis dan menjadi kebiasaan kerja yang berporos pada etika. Cepat, Sigap, Kuat. Laki-laki harus mampu menjadi solusi. Pengambil keputusan dan penyelesai masalah.
4. CURIGO
Curigo di sini bukan 'Curiga’ dalam bahasa Indonesia. Curigo adalah sebutan lain kepada Keris. Bagi pria utama Jawa, memiliki pusaka adalah salah satu syarat utama yang harus dipenuhi. Pusaka itu Empuning Saka. Empu itu seseorang yang menempa sesuatu secara lahir dan bathin. Saka itu tegak/cagak/tiang/sangga. Jadi Empuning Saka adalah seseorang yang memiliki keahlian dan kematangan lahir bathin untuk menegakkan pengabdian / menyangga titah / menjunjung peran kekhalifahan. Prinsip ini disimbolkan pada keris. Seorang pembuat keris disebut empu bukan pande besi atau tukang keris. Karena untuk melahirkan keris memerlukan penyeimbangan kondisi bathin yang baik. Keris sebagai benda hanya produk, tapi keris sebagai pusaka adalah harmonisasi estetika bathin yang mengejawantah pada estetika sebuah keris. Pada seseorang, Pusakanya adalah Nafasnya. Pancaran nafasnya bisa menyeruakkan pamor keteduhan ataupun pamor ancaman. Nafas adalah kegiatan paru-paru pada ruang yang bernama iga. Pada ruang ini ada jantung pula. Maka Curigo juga memiliki jarwa ;Pancuring Igo (pancaran nafas/nafs/diri) yang terefleksi pada pamor seseorang. Yakni akhak sebagai akibat dari tata kelola lahir dan bathinnya.
5. WANITO : Wani noto - Wani ditoto (Berani Menata & Berani Ditata)
Wanita dalam filosofi Jawa digambarkan sebagai Dewi Sri. Dewi Padi. Nah, dalam filosofi Jawi, makna sejati wanita adalah simbol Ibu. Sang Pengayom. Simbol Cinta Kasih! Sejak menjadi janin dalam kandungan, kita makan dari sari pati yang diasup ibu. Inilah wujud nyata Cinta Kasih. Demikian pula, laki-laki harus mampu membuncahkan Cinta Kasih dari dalam dirinya.
Sumber : kompasiana.com dan antvklik.com